Jumat, 15 April 2011

mengatasi ulat bulu

DENPASAR - Pemanfaatan hewan predator alami semut rangrang dan tawon terus dikembangkan untuk mengendalikan serangan ulat bulu yang ada dan menyerang tujuh Kabupaten/Kota di Bali.

Dua jenis predator ulat bulu, yakni tawon merah dan semut rangrang, mulai dimanfaatkan di dua daerah yakni di Kabupaten Jembrana dan Gianyar. Hasilnya, mampu ikut mengendalikan populasi ulat bulu.

Kadis Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali I Made Putra Suryawan, mengemukakan dua Tim Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), sejak Jumat kemarin diterjunkan ke kedua kabupaten itu guna melakukan pengamatan dan pemantauan perkembangan populasi ulat bulu di Bali.

"Tim menemukan, terjadinya pengurangan populasi ulat bulu dengan adanya predator semut rangrang," kata Suryawan, dihubungi, Sabtu (16/04/2011).

Hal itu terlihat saat mengamati populasi ulat bulu yang ditemukan di sebuah pohon kenangan yang terletak dekat tempat suci di Banjar Satria Kelurahan Pendem. Saat pengamatan, warga yang ikut menyaksikan dikejutkan kedatangan seekor tawon merah, yang langsung menangkap dan memangsa seekor ulat bulu.

"Ulat bulu itu dimakan sampai habis hanya tersisa kepalanya dalam hitungan detik," kata Suryawan menegaskan.

Demikian pula, saat pengamatan di Kecamatan Melaya, tim yang dipimpin Kasi Perlindungan Tanaman Putu Oka Darmawan, pengurangan populasi ulat bulu yang sejak seminggu lalu ditemukan di sebuah pohon jambu air milik warga, akibat dimakan hewan predator.

"Saat ini kami fokus untuk pengendalian ulat bulu, jadi jika ada populasi ulat bulu di pohon atau tempat lain yang tidak ada hama predator, baru kita kendalikan lewat penyemprotan dan injeksi zat kimia, jadi bukan pembasmian melainkan dikurangi populasinya," papar Suryawan.

Karena itulah, Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan rekomendasi larangan menangkap burung maupun hewan predator ulat lainnya. Pihaknya tengah memikirkan untuk memanfaatkan tawon dan semut rangrang demikian juga masyarakat didorong untuk mengembangbiakannya sehingga pengendalian ulat bulu bisa lebihb efektif.

Pihaknya juga telah mengambil contoh ulat bulu untuk diteliti lebih lanjut di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Udayana. Hanya saja, selain lewat predator alamiah, juga ditemukan masyarakat masih mengendalikan mekanis dengan cara membakar di tempat populasinya.

Suryawan yang memimpin langsung tim OPT di Kabupaen Gianyar, memperoleh hasil sama dengan di Kecamatan Melaya dan Penyaringan, Jembrana, yakni berkurangnya populasi ulat bulu di sejumlah tanaman disekitarnya karena adanya hewan predator maupun tindakan mekanis oleh warga.